Pada pondok pesantren ainul falah, metode bandongan dilaksanakan dengan Kyai yang membacakan suatu kitab dan menerjemahkannya. Sedangkan para santri duduk sambil mendengarkan apa yang dibacakan oleh kyai. Kemudian, kyai akan menjelaskan maksud dari isi kitab yang telah dibacakan di hadapan para santri tersebut. Berikut kitab - kitab yang diajarkan pada pondok pesantren ainul falah diantaranya kitab tafsir jalalain, kitab ihya, kitab fathul qorib, dan kitab klasik lainnya yang sudah sejak lama diajarkan di pesantren-pesantren salaf. Hal ini memang ditujukan untuk menjaga kelestarian warisan-warisan yang telah ditinggalkan oleh para Kyai terdahulu. Karena materi dari kitab-kitab klasik lebih mendalam dan terperinci, tapi mudah untuk dipahami.

Metode bandongan adalah metode transfer keilmuan atau proses belajar mengajar yang ada di pesantren yang mengajarkan khusus pada kitab kuning. Kyai tersebut membacakan, menerjemah, dan menerangkannya. Sedangkan, santri atau murid mendengarkan, menyimak, dan mencatat apa yang disampaikan oleh kiai yang memberi pengajian tersebut. Istilah bandungan berasal dari bahasa Sunda ngabandungan yang berarti memperhatikan secara saksama atau menyimak. Dengan metode ini, para santri akan belajar dengan menyimak secara kolektif. Namun, dalam bahasa Jawa, bandongan disebutkan juga berasal dari kata bandong, yang artinya pergi berbondong-bondong. Hal ini karena bandongan dilangsungkan dengan peserta dalam jumlah yang relatif besar.